Cinere | jurnaldepok.com
Ketua Karang Taruna Kecamatan Cinere, Ade Syamsuri mengaku prihatin dengan banyaknya warga di Kecamatan Cinere yang belum ber KTP Depok.
Hal itu, kata dia, berdampak terhadap kurang maksimalnya pendapatan daerah khususnya dari sektor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang justru menguap ke kas Pemda DKI Jakarta lantaran sang pemilik kendaraan masih menggunakan KTP DKI Jakarta, meski sudah puluhan tahun tinggal dan menetap di wilayah Kelurahan Cinere, Kecamatan Cinere, Kota Depok, Jawa Barat.
“Di wilayah Kecamatan Cinere terdapat puluhan komplek perumahan besar dan elite dan lima diantaranya berada di wilayah Kelurahan Cinere. Nah untuk lima perumahan elite di Kelurahan Cinere, hampir setiap rumah memiliki lebih dari tiga kendaraan roda empat yang pada umumnya masih menggunakan plat nomer DKI,” ujarnya, kemarin.
Sehingga, lanjutnya, dipastikan pajak kendaraannya lari ke Kas DKI Jakarta.
“Ini patut disayangkan dan harus ada upaya dari Pemerintah Provinsi Jabar dan Pemkot Depok untuk mengalihkan pajak kendaraan ini ke Kas Pemda Jabar, sehingga Kota Depok bisa kecipratan dari hasil pajak kendaraan tersebut,” paparnya.
Dia berharap Pemerintahan baru di Kota Depok dan Provinsi Jabar dapat lebih serius mengupayakan pengalihan pajak kendaraan warga Cinere ke Kas Pemda Jabar sebagai salah satu terobosan dalam upaya menambah perolehan pendapatan daerah.
“Kami di jajaran Karang Taruna siap membantu jika ada langkah pemerintah Provinsi Jabar dan Pemkot Depok untuk menarik potensi pendapatan dari sektor pajak kendaraan bermotor (PKB) di wilayah Kecamatan Cinere yang selama ini masuk ke kas Pemda DKI Jakarta,” imbuhnya.
Diakuinya memang tidak mudah untuk meyakinkan para pemilik kendaraan roda empat diwilayah Cinere yang masih ber KTP DKI untuk beralih menggunakan KTP Depok namun meski demikian dirinya berkeyakinan secara bertahap warga akan paham dan dapat menerima perubahan tersebut dengan catatan prosesnya tidak dipersulit bahkan harus dipermudah.
“Harus dimulai dari KTP kemudian mutasi kendaraan, semua proses harus dipermudah karena jika tidak maka mereka enggak akan mau,” pungkasnya. n Asti Ediawan